Kerusakan Alam: Ancaman Serius bagi Keberlanjutan Bumi

Provinsi Lampung dikenal sebagai wilayah dengan kekayaan alam yang melimpah. Mulai dari hutan tropis, pegunungan, pesisir, hingga taman nasional, semuanya menjadi penyangga ekosistem dan sumber kehidupan bagi masyarakat. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, Lampung menghadapi berbagai persoalan lingkungan serius yang mengancam keberlanjutan alam dan kualitas hidup penduduknya.

Kerusakan alam di Lampung dipicu oleh aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan, serta lemahnya pengawasan terhadap pengelolaan sumber daya alam. Jika dibiarkan, kerusakan ini dapat menimbulkan bencana ekologis yang berkepanjangan.


Penyebab Kerusakan Alam di Lampung

1. Deforestasi di Kawasan Hutan

Sebagian besar kawasan hutan Lampung, terutama di sekitar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) dan Taman Nasional Way Kambas, mengalami tekanan besar akibat:

  • pembukaan lahan pertanian,

  • perambahan hutan,

  • pembakaran hutan,

  • dan perluasan permukiman.

Hilangnya hutan tidak hanya mengurangi keanekaragaman hayati, tetapi juga meningkatkan risiko erosi dan banjir.

2. Konflik Lahan dan Alih Fungsi Kawasan

Banyak area yang seharusnya menjadi kawasan konservasi berubah menjadi:

          perkebunan kelapa sawit,

          kebun kopi, 

         atau lahan pertanian intensif

Alih fungsi ini menyebabkan kerusakan tanah, hilangnya tutupan vegetasi, dan menurunnya kualitas ekosistem.

3. Polusi Sungai dan Laut

Beberapa sungai besar di Lampung, seperti Sungai Way Sekampung dan Way Seputih, terpapar limbah rumah tangga dan limbah industri.
Selain itu, wilayah pesisir seperti Teluk Lampung juga terancam oleh:

          pencemaran plastik, 

          tumpahan minyak kapal,

         dan penurunan kualitas terumbu karang.

4. Penambangan Liar

Penambangan batu dan pasir di berbagai daerah, seperti di Lampung Selatan dan Lampung Barat, menimbulkan kerusakan tanah, longsor, dan turunnya kualitas air tanah.

5. Kebakaran Hutan dan Lahan

Kebakaran, baik disengaja maupun tidak, sering terjadi pada musim kemarau. Hal ini semakin memperparah hilangnya habitat satwa liar, termasuk gajah dan badak sumatra yang dilindungi.


Dampak Kerusakan Alam di Lampung

1. Menurunnya Keanekaragaman Hayati

Lampung, yang menjadi rumah bagi spesies langka seperti gajah sumatra dan harimau sumatra, kini mengalami penurunan populasi satwa karena habitat yang menyempit.

2. Banjir dan Longsor

Kerusakan hutan di daerah pegunungan meningkatkan risiko banjir dan tanah longsor yang setiap tahun membahayakan permukiman penduduk.

3. Krisis Air Bersih

Pencemaran sungai dan penurunan debit air berdampak pada kurangnya pasokan air bersih bagi masyarakat, terutama saat musim kemarau.

4. Penurunan Kualitas Udara

Pembakaran lahan dan aktivitas industri meningkatkan polusi udara, sehingga berpotensi memicu masalah kesehatan.

5. Kerugian Ekonomi

Kerusakan alam berdampak langsung pada sektor pertanian, pariwisata, dan perikanan, yang merupakan sumber ekonomi utama masyarakat Lampung.


Upaya Mengatasi Kerusakan Alam di Lampung

1. Penguatan Kawasan Konservasi

Pemerintah dan lembaga lingkungan terus meningkatkan pengawasan di TNBBS, Way Kambas, dan hutan lindung lainnya untuk mencegah perambahan serta perburuan liar.

2. Penghijauan dan Rehabilitasi Lahan

Gerakan reboisasi dilakukan di beberapa daerah rawan longsor dan hutan yang rusak untuk memulihkan ekosistem.

3. Edukasi dan Keterlibatan Masyarakat

Program edukasi lingkungan kepada siswa, petani, dan masyarakat umum penting dilakukan untuk meningkatkan kesadaran menjaga alam.

4. Pengendalian Penambangan dan Polusi

Penertiban tambang ilegal dan pengelolaan limbah industri perlu diperketat untuk menjaga kualitas tanah, air, dan udara.

5. Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan

Beberapa wilayah pesisir dan pegunungan di Lampung mulai menerapkan konsep eco-tourism guna mendorong perekonomian tanpa merusak lingkungan.


Comments